Thursday, March 5, 2015

Match and Child

Panas terik, angin sepoi-sepoi berhembus kian kemari, gersang, tapi dingin. Ntah apalah namanya yang aku rasakan saat ini, di bilang sakit enggak, di bilang sehat enggak juga. Faktor gak makan dua hari dan tiba-tiba sudah hari kamis dan seperti biasa setiap hari kamis sampai sabtu rutinitasnya mengajar di sebuah sekolah swasta yang ada di dekat tempat tinggalku.

Rasanya malas, ngantuk, masih pengen tidur dan menghabiskan waktu hari ini seperti biasanya, duduk dengan ditemani lepi cantik dan kata-kata sederhana. Tapi kali ini, aku tidak bisa dan harus melawan semuanya.

Teng, tepat pukul 6 pagi aku turun dari ranjang tempat aku tertidur pulas dan harus sesegera mungkin masuk kamar mandi untuk mandi bukan tidur kembali, tapi entah kenapa barang antik yang bernama blackberry yang seingatku sebelum tidur malam dalam posisi pengisian daya tapi pagi ini telah terlepas dari sambungannya tiba-tiba memanggil-manggil namaku dan minta dielus-elus tubuhnya, seraya berkata “Aku kangen kamu tuan” (gile bener kalau dia sampai bisa ngomong kayak gitu, yang ada aku jatuh pingsan kalau itu bener-bener kejadian).

Dengan memanfaatkan waktu yang ada, aku memegangnya dan mengelus-ngelus tubuhnya sambil berkata “Kenapa gak ada yang menarik darimu?” dari pertama aku memilikimu sampai saat ini, kau tetap saja begitu tak ada yang berubah. Konyolnya, aku gak sempat berpikir kalau ternyata dia hanya sebuah barang elektronik yang gak bisa berubah bentuk walaupun sudah diisi daya berjam-jam bahkan lebih dari kata kenyang kalau kata manusia hidup.

Setelah puas bermain-main dengan dia, akhirnya ku putuskan untuk mandi karena aku telah berjanji bahwa hari ini aku tidak akan telat dan harus sampai lebih dahulu dari guru-guru yang lain.

Alhasil, tepat pukul 7.15 wib aku selesai dan bersiap-siap berangkat tanpa sarapan cuma minum air putih segelas, cus langsung ngeluarin si blue dan capcus berangkat ke sekolah, nah sampai disana sudah jam 7.30 dan dengan sesegera mungkin memberi aba-aba ke murid untuk berbaris karena saat itu sudah tepat jam masuk sekolah.

Malangnya, sepuluh menit jam pertama berlangsung, seorang guru baru saja tiba dan tanpa pemberitahuan dia langsung pergi lagi dan aku hanya sendirian mengajar untuk dua kelas yang kebetulan sekolahnya memang masih memiliki dua kelas. Tapi hari ini, beda dengan hari sebelumnya aku lebih sering marah-marah dan tegas ke murid-murid berhubung lagi badmood dan faktor ngantuk juga sebenarnya.

Tepat jam 9.30 waktu istirahat pun tiba, seluruh murid aku suruh keluar dan aku mencari kesibukan dengan membersihkan perkarangan depan sekolah sambil meminta tolong murid-murid perempuan untuk mengutip dan mengumpulkan sampahnya ke tempat yang seharusnya. Belum selesai bersih-bersih tapi murid-murid sudah pergi mencuci tangannya, tiba-tiba ketua yayasan datang lalu bertanya “Sendirian aja? Al gak datang? Eko kemana? Kepala sekolah gak masuk?” Lengkap lah tu pertanyaan di borong sama ustad, yang lalu tiba-tiba kedatangannya disusul oleh ustad kepala sekolah sembari memberikan senyum termanisnya dan aku cuma bisa meringis. (Sebenarnya, cuma aku satu-satunya pengajar perempuan disini)

Tak lama kemudian, murid-murid pun aku suruh masuk dan memulai pelajaran berikutnya. Tapi ada satu hal yang membuatku harus berdiam diri dan tak tau harus bagaimana menjelaskan ke mereka, saat mereka bilang “ummi, perkaliannya belum hafal” kebetulan saat itu jam pelajaran matematika dan aku adalah guru pelajaran bidang studi tersebut, sambil duduk aku cuma bilang “Di hafal dulu, sepuluh menit lagi maju kedepan satu-satu”.

Pada saat yang lain mulai menghafal, tiba-tiba ada beberapa murid yang izin keluar katanya mau beli minum karena haus baru selesai main bola, dan aku cuma angguk-angguk untuk mengiyakan kalau aku mengizinkan mereka, tapi dengan cepat ustad kepala sekolah menghalangi kepergian mereka dan menyuruh untuk kembali ke kelas karena jam istirahat telah berakhir dan sekarang adalah waktunya untuk belajar. Dengan wajah murung saat kembali ke kelas, mereka berkata “ummi, gak di bolehi sama ustad” dengan santainya aku balas “Siapa suruh tadi main bola?”

Sejenak kejadian itu pun terabaikan, sembari mereka menghafal akupun menuliskan tugas untuk mereka sebagai bahan tugas di rumah, setelah semuanya selesai menulis, waktu telah menunjukkan pukul 10.50 wib. Murid kelas satu yang kebetulan belajar dengan ustad kepala sekolah, sudah diizinkan untuk pulang. Dan dengan cepat, murid-murid di kelas pun heboh minta pulang. Lalu dengan tanggap aku sampaikan, siapa yang mau pulang silahkan maju hafalan perkalian 1 sampai 3 ke depan, dan ada beberapa murid yang berhasil menyelesaikan hafalannya, dan beberapa murid lagi yang belum hafal berhubung jam telah lewat dari waktu seharusnya pulang sekolah, akhirnya dengan kerendahan hati aku menyuruh mereka semua untuk pulang.

0 comments:

Post a Comment

 

Nuna Widya Template by Ipietoon Cute Blog Design