Panas terik, angin sepoi-sepoi berhembus kian kemari,
gersang, tapi dingin. Ntah apalah namanya yang aku rasakan saat ini, di bilang
sakit enggak, di bilang sehat enggak juga. Faktor gak makan dua hari dan
tiba-tiba sudah hari kamis dan seperti biasa setiap hari kamis sampai sabtu
rutinitasnya mengajar di sebuah sekolah swasta yang ada di dekat tempat
tinggalku.
Rasanya malas, ngantuk, masih pengen tidur dan menghabiskan waktu hari ini seperti biasanya, duduk dengan ditemani lepi cantik dan kata-kata sederhana. Tapi kali ini, aku tidak bisa dan harus melawan semuanya.
Teng, tepat pukul 6 pagi aku turun dari ranjang tempat aku
tertidur pulas dan harus sesegera mungkin masuk kamar mandi untuk mandi bukan
tidur kembali, tapi entah kenapa barang antik yang bernama blackberry yang
seingatku sebelum tidur malam dalam posisi pengisian daya tapi pagi ini telah
terlepas dari sambungannya tiba-tiba memanggil-manggil namaku dan minta
dielus-elus tubuhnya, seraya berkata “Aku kangen kamu tuan” (gile bener kalau
dia sampai bisa ngomong kayak gitu, yang ada aku jatuh pingsan kalau itu
bener-bener kejadian).
Dengan memanfaatkan waktu yang ada, aku memegangnya dan
mengelus-ngelus tubuhnya sambil berkata “Kenapa gak ada yang menarik darimu?”
dari pertama aku memilikimu sampai saat ini, kau tetap saja begitu tak ada yang
berubah. Konyolnya, aku gak sempat berpikir kalau ternyata dia hanya sebuah
barang elektronik yang gak bisa berubah bentuk walaupun sudah diisi daya
berjam-jam bahkan lebih dari kata kenyang kalau kata manusia hidup.
Setelah puas bermain-main dengan dia, akhirnya ku putuskan
untuk mandi karena aku telah berjanji bahwa hari ini aku tidak akan telat dan
harus sampai lebih dahulu dari guru-guru yang lain.
Alhasil, tepat pukul 7.15 wib aku selesai dan bersiap-siap
berangkat tanpa sarapan cuma minum air putih segelas, cus langsung ngeluarin si
blue dan capcus berangkat ke sekolah, nah sampai disana sudah jam 7.30 dan
dengan sesegera mungkin memberi aba-aba ke murid untuk berbaris karena saat itu
sudah tepat jam masuk sekolah.
Malangnya, sepuluh menit jam pertama berlangsung, seorang
guru baru saja tiba dan tanpa pemberitahuan dia langsung pergi lagi dan aku hanya
sendirian mengajar untuk dua kelas yang kebetulan sekolahnya memang masih
memiliki dua kelas. Tapi hari ini, beda dengan hari sebelumnya aku lebih sering
marah-marah dan tegas ke murid-murid berhubung lagi badmood dan faktor ngantuk
juga sebenarnya.
Tepat jam 9.30 waktu istirahat pun tiba, seluruh murid aku
suruh keluar dan aku mencari kesibukan dengan membersihkan perkarangan depan
sekolah sambil meminta tolong murid-murid perempuan untuk mengutip dan
mengumpulkan sampahnya ke tempat yang seharusnya. Belum selesai bersih-bersih
tapi murid-murid sudah pergi mencuci tangannya, tiba-tiba ketua yayasan datang
lalu bertanya “Sendirian aja? Al gak datang? Eko kemana? Kepala sekolah gak
masuk?” Lengkap lah tu pertanyaan di borong sama ustad, yang lalu tiba-tiba
kedatangannya disusul oleh ustad kepala sekolah sembari memberikan senyum termanisnya
dan aku cuma bisa meringis. (Sebenarnya, cuma aku satu-satunya pengajar perempuan disini)
Tak lama kemudian, murid-murid pun aku suruh masuk dan
memulai pelajaran berikutnya. Tapi ada satu hal yang membuatku harus berdiam
diri dan tak tau harus bagaimana menjelaskan ke mereka, saat mereka bilang “ummi, perkaliannya
belum hafal” kebetulan saat itu jam pelajaran matematika dan aku adalah guru
pelajaran bidang studi tersebut, sambil duduk aku cuma bilang “Di hafal dulu,
sepuluh menit lagi maju kedepan satu-satu”.
Pada saat yang lain mulai menghafal, tiba-tiba ada beberapa murid yang
izin keluar katanya mau beli minum karena haus baru selesai main bola, dan aku cuma
angguk-angguk untuk mengiyakan kalau aku mengizinkan mereka, tapi dengan cepat
ustad kepala sekolah menghalangi kepergian mereka dan menyuruh untuk kembali ke
kelas karena jam istirahat telah berakhir dan sekarang adalah waktunya untuk
belajar. Dengan wajah murung saat kembali ke kelas, mereka berkata “ummi, gak di
bolehi sama ustad” dengan santainya aku balas “Siapa suruh tadi main bola?”
Sejenak kejadian itu pun terabaikan, sembari mereka
menghafal akupun menuliskan tugas untuk mereka sebagai bahan tugas di rumah,
setelah semuanya selesai menulis, waktu telah menunjukkan pukul 10.50 wib. Murid
kelas satu yang kebetulan belajar dengan ustad kepala sekolah, sudah diizinkan
untuk pulang. Dan dengan cepat, murid-murid di kelas pun heboh minta pulang. Lalu
dengan tanggap aku sampaikan, siapa yang mau pulang silahkan maju hafalan
perkalian 1 sampai 3 ke depan, dan ada beberapa murid yang berhasil
menyelesaikan hafalannya, dan beberapa murid lagi yang belum hafal berhubung
jam telah lewat dari waktu seharusnya pulang sekolah, akhirnya dengan
kerendahan hati aku menyuruh mereka semua untuk pulang.
0 comments:
Post a Comment